Langsung ke konten utama

Spik-spik part 3

Sepertinya aku terlatih menyimpan rasa. Saat SMP ada kakak kelas yang mencuri perhatianku. Jangan tanyakan kenapa saat SMP sudah mulai tertarik lawan jenis, bukankah SMP itu adalah masa-masa puber? Saat aku SMP, hubungan kakak adik angkat sangat terkenal saat itu. Jadi, untuk memuaskan rasa yang dimiliki kepada lebih dari satu orang, yang satu bisa dijadikan pacar, satunya lagi bisa dijadikan kakak atau adek. Atau hubungan kakak adik angkat ini adalah cara jitu kakak kelas mendekati adik kelas sebagai tahap pdkt sebelum pacaran.
Aku tak pernah tertarik pada siapapun, sampai pada akhirnya ada kakak kelas yang mencuri perhatianku. Tapi sayang sekali, dia tak memperhatikanku, dia pendiam, jarang sekali dekat dengan adik kelas, akupun malu menyapanya. Sampai pada akhirnya aku belajar untuk menyimpan rasa, menjadi penggemar rahasia, melihatnya dari jauh, mengintipnya di kelas dari tangga sekolah, pura-pura ke kamar mandi atau ke kantin agar bisa melihatnya saat berolahraga.
Memang masa itu lucu sekali jika diingat, tapi saat itu adalah saat pertama kali aku merasakan sakit hati. Melihat seseorang yang kau pedulikan, sama sekali tak memperdulikanmu.
Lalu aku belajar melupakan seseorang. Tapi ternyata tak semudah aku belajar soal-soal untuk ujian. Kisah SMP selesai sudah. Aku masuk SMA, berharap menemukan orang baru. Tapi hati berkata lain, saat ada orang baru yang lebih menyenangkan, aku justru memikirkan seseorang yang tidak memperdulikanku. Bahkan 2,5 tahun selama SMA, kakak kelas idolaku itu masih saja kupikirkan. Padahal kita beda sekolah. Tapi, takdir membawaku dekat dengannya. Dia yang selama ini tak pernah sekalipun menengok padaku, tiba-tiba mendatangiku. Serasa gayung bersambut. Dia menemaniku sampai masa kuliahku di semester 6. Hampir 4 tahun bersama. Waktu yang tidak sebentar. Perjuangan yang tidak mudah ketika mengingat masa dimana aku yang memiliki perasaan lebih dulu. Dia yang aku damba sejak lama, ternyata tak sesuai harapan. Bertahun-tahun mencoba bertahan. Katanya saling belajar untuk memahami tapi justru saling menyakiti. Pada akhirnya aku memutuskan, pilihan terbaik adalah saling pergi.
Setelah proses panjang memahami hati, aku kembali sendiri. Mencoba menjaga jarak dengan mereka yang sekiranya ingin membuka hati. Karena aku sangat paham, hatiku mudah tunduk, ia mudah sekali jatuh, sulit untuk kembali bangkit. Aku membangun benteng setinggi-tingginya agar hati ini tidak mudah tersentuh.
Sampai pada suatu hari, setelah bertahun-tahun menikmati kesendirian, seseorang datang mengetuk, benteng pertahananku runtuh. Ia begitu manis, sikapnya, tutur katanya bahkan sikap baiknya. Ia datang di usiaku yang tak mencari pacar lagi. Tapi cari jodoh. Ah, waktu itu rasanya aku seperti menemukan jodoh impian. Tapi, lagi-lagi Tuhan berkata lain, ia buat aku terbang setinggi langit, lalu dijatuhkanku dengan mudahnya seraya berkata "besok aku mau menikah" tapi bukan denganku. Ah, sungguh kali ini sakit yang entah bagaimana aku menggambarkannya. Hanya Tuhan yang mengerti dan tangisan di setiap sholat yg bisa kulakukan. Aku mengenalnya di saat yang tidak tepat, dia memberi apa yang aku butuhkan, tapi tidak membawaku pada impian yang selalu ia ceritakan.
Sungguh, lelah rasanya menyimpan perasaan, lelah juga membangun benteng pertahanan agar hati tidak mudah carut marut pada kata-kata lembut lelaki. Ah, yang berkata kasar saja, aku bisa terpesona, bagaimana dengan yang berkata lembut. Hatiku adalah kelemahanku sendiri, tapi tidak semua orang memahami hati yang serapuh ini.
Tapi kini aku menyadari, yang menciptakan hatiku adalah Tuhan. Sudah kehendakNya hatiku memiliki rasa yang sebanyak ini. Ia tidak lemah, ia memilih ingin setia dan bertahan dengan siapa. Rasa suka, juga datangnya dari Tuhan. Lalu aku belajsr menyeimbangkan rasa suka yang timbul dalam hatiku dengan rasa suka kehendak dari Tuhan. Agar hatiku tak mudah goyah hanya karena laki-laki yang tiba-tiba bercanda "Yuk, Nikah"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN OBSERVASI TAMAN PINTAR

A.     DESKRIPSI TAMAN PINTAR 1.       Sejarah Taman Pintar Taman Pintar merupakan obyek wisata pendidikan keluarga di Kota Yogyakarta yang menawarkan wahana belajar sekaligus rekreasi yang komplit untuk anak-anak, mulai dari usia pra sekolah hingga tingkat sekolah menengah. Rentang usia kelompok sasaran ini dipilih karena dipandang sebagai generasi penerus bangsa yang potensial untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Di dalam taman yang digagas oleh Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto, SE.Akt, MM, dan dibangun di atas lahan seluas 12.000 meter persegi ini, terdapat enam zona dengan bermacam wahana bermain dan belajar yang disertai alat peraga iptek. Begitu memasuki kawasan ini, pengunjung dapat langsung menyaksikan dan mencoba hasil karya inovasi teknologi dan permainan dari pelbagai wahana tersebut. Di Indonesia, terbentuknya taman semacam ini diawali dengan berdirinya pusat peragaan iptek yang berlokasi di Taman M...

perubahan Sosial Budaya di Terminal Giwangan

Perubahan sosial adalah suatu keadaan yang berbeda dari keadaan awal dan sesudahnya peristiwa itu terjadi. Karena ada tiga indikator yaitu: faktor penyebab, proses, dan dampak. Terminal giwangan adalah salah satu contoh penyebab adanya perubahan sosial di daerah Yogyakarta, khususnya masyarakat Giwangan sendiri.

Bas, Bis, Bus (kisah klasik untuk Penumpang )

Ada yang pernah naik bus? Pasti hampir semuanya pernah dong, tapi pasti ada juga yang belum, walaupun yg belum ini cuma beberapa aja. Tempat yang aku tinggal saat ini, namanya adalah Yogyakarta. Ada kendaraan umum dengan tarif yang murah mengantarkan kita kemana aja walaupun jalannya kadang juga muter-muter, namanya trans jogja disingkat teje. Temanku yang asli jogja, hampir belum pernah naik teje. Maklum sih, dia kemana-kemana naik motor. Beda sama aku, yang belum ada motor, jadi kendaraan umum seperti bis adalah sahabat setiaku yang menemani kemanapun aku pergi. Bukan cerita tentang sejarah bus, macam-macam bus, atau bukan juga tentang daftar nama bus beserta nama sopir dan kondekturnya. Tekadang orang yang naik bis itu tidak meyadari apa yang terjadi di dalam bis. Penumpang hanya naik, diam sepanjang perjalanan, membayar pada kondektur, udah sampai tujuan turun dan urusan selesai. Sebenarnya kalau mau sedikit memperhatikan ada beberapa hal menarik yang terjadi dalam bis.