Melihat
Jakarta saat ini, memunculkan keprihatinan dari masyarakat Indonesia. Jantung
kota dari Indonesia tersebut lumpuh, karena hampir seluruh Jakarta terendam
banjir. Peristiwa banjir kemarin (17/01)
bisa dibilang menjadikan Jakarta sebagai kota mati yang penuh dengan air.
Jika
sudah seperti ini, akan banyak timbul kontroversi disana sini, sebagian
menyalahkan pemerintah, sebagian menyalahkan masyarakat yang tak mau menjaga
lingkungan, dan sebagian yang lain, mulai melakukan gerakan peduli lingkungan.
Sayangnya, kepedulian terhadap lingkungan ini datang ketika peristiwa banjir
ini datang, bahkan sampai memakan korban jiwa.
Ada baiknya jika peduli lingkungan ini kita
lakukan sedari hal-hal kecil,ketika banyak orang menyerukan untuk membuang
sampah pada tempatnya, sebaiknya diri sendiripun memunculkan rasa kesadaran
bahwa hal kecil membuang sampah pada tempatnya memberikan manfaat yang luar
biasa hebatnya.
Perlunya
pengetahuan sejarah mengenai banjir menjadi penting bagi masyarakat. Banjir
Jakarta tidaklah terjadi satu atau dua kali saja. Namun sudah berkali-kali
terjadi sejak jaman kolonial Belanda. Berikut sejarah mengenai Banjir Jakarta :
a. Masa
Kolonial Belanda
tahun
1878, sekitar 134 tahun yang lalu di Jakarta yang ketika itu masih bernama
Batavia sudah terjadi banjir dikarenakan hujan selama 40 hari tidak
berhenti-henti. Hampir setiap tahun di Batavia terjadi banjir. Januari-Februari
1918 di Kampung tanah tinggi, Kampung Lima, Kemayoran Belakang terjadi banjir
karena selokan terlalu kecil dan meluapnya Sungai Ciliwung, kemudian tahun
1919, 1923, Desember 1931, Januari 1932, Maret 1933 banjir kembali berulang.
Dikatakan di sana karena sering berulang inilah maka warga Batavia telah
menganggap banjir sebagai hal yang wajar. Yang menarik dicatat di sini adalah
antara 1892-1918 daerah kota lama jarang banjir, hal ini menunjukkan drainase
kota di kota lama Batavia lebih baik. setelah kemerdekaan.
b.
Masa
Kemerdekaan
Januari
1952, 1953, November 1954, 1956, banjir kembali melanda Jakarta sampai ada
karikatur untuk banjir berulang ini. Tahun 1950-1960 tercatat banjir terjadi di
daerah Sungai Ciliwung hilir. Tercatat pada bulan Februari 1960 Jakarta
mengalami banjir besar, paling parah terjadi di daerah Grogol. Selama ini
banjir hanya ditangani oleh masyarakat, baru tahun 1963 masalah banjir
ditangani oleh tim khusus bentukan pemerintah. Periode tahun 1960-1970
daerah banjir semakin meluas dan penduduk yang tinggal di bantaran sungai
semakin banyak. Ditengarai antara tahun 1970-1980 siklus banjir semakin pendek,
artinya banjir semakin sering terjadi. 1976 di zaman gubernur Ali Sadikin,
terjadi banjir hebat.sumber (http://green.kompasiana.com/polusi/2012/12/04/kontroversi-sungai-ciliwung-dan-kampung-deret-508086.html)
Demikian
sejarah banjir yang sudah berkali-kali berulang sampai saat ini. sekiranya
mengerti tentang sejarah banjir membuat masyarakat dapat lebih bijak dalam
menggunakan fasilitas alam. Semoga dapat memunculkan kesadaran bagi setiap
individu bahwasanya alam masih perlu dijaga kelestariannya. Agar manusia tak
lagi terkena bencana karena ulahnya sendiri, sehingga timbul keseimbangan hidup
antara manusia dengan lingkungannya.
Komentar
Posting Komentar