Rindu memang tak tahu waktu. Bahkan disaat aku ingin marah padanya, aku ingin menjauh darinya, aku tidak ingin berbicara dan tidak ingin melihatnya lagi. Rindu tiba-tiba datang. Bahkan rasanya aku lebih marah pada diriku sendiri. Tidak bisa membenci ia yg sudah menyakitiku berkali-kali. Aku paham betul, hatinya belum terpaut padaku, tp aku dengan bodohnya bertahan memilih diam dan tersenyum melihat semua tingkahnya. Tak seharusnya aku begini, tapi rindu ini terlalu kuat untuk didiamkan. Tapi dia tak pernah memahami ini. Rasanya berjuang, rasanya bertahan menjadi yang paling sering dijadikan pelampiasannya, tapi aku tetap berdiri untuknya bukan memilih pergi. Ah, bodoh. Jika memang ini buta, aku butuh cahaya.
Sepertinya aku terlatih menyimpan rasa. Saat SMP ada kakak kelas yang mencuri perhatianku. Jangan tanyakan kenapa saat SMP sudah mulai tertarik lawan jenis, bukankah SMP itu adalah masa-masa puber? Saat aku SMP, hubungan kakak adik angkat sangat terkenal saat itu. Jadi, untuk memuaskan rasa yang dimiliki kepada lebih dari satu orang, yang satu bisa dijadikan pacar, satunya lagi bisa dijadikan kakak atau adek. Atau hubungan kakak adik angkat ini adalah cara jitu kakak kelas mendekati adik kelas sebagai tahap pdkt sebelum pacaran. Aku tak pernah tertarik pada siapapun, sampai pada akhirnya ada kakak kelas yang mencuri perhatianku. Tapi sayang sekali, dia tak memperhatikanku, dia pendiam, jarang sekali dekat dengan adik kelas, akupun malu menyapanya. Sampai pada akhirnya aku belajar untuk menyimpan rasa, menjadi penggemar rahasia, melihatnya dari jauh, mengintipnya di kelas dari tangga sekolah, pura-pura ke kamar mandi atau ke kantin agar bisa melihatnya saat berolahraga. Memang masa it...