A. Konflik
yang sering Terjadi
Menurut Kementerian Sosial dalam
tvberita.com Konflik yang sering terjadi adalah tawura dengan presentase 30%,
sedangkan konflik pemilihan kepala daerah sebanyak 10% dan konflik disebabkan
suku agama dan ras (SARA) hanya sebesar 1 %.
Sedangkan
menurut Kementerian dalam negeri, beberapa konflik yang terjadi antara tahun
2010 hingga 2013 adalah sebagai berikut :
Tahun 2010 terjadi 93 kasus, tahun 2011
terjadi 77 kasus tahun 2012 terjiad 128 kasus dan tahun 2013 terjadi 53
konflik. Data dari Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan bahwa konflik yang
sering terjadi adalah sengketa tanah yang meliputi 22 provinsi di Indonesia.
Ada pula, 65 kali ancaman teror, dimana 30 kali ledakan bom, dan penangkapan 55
tersangka teroris di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Sosial dan
Kementerian Dalam negeri tersebut, maka pemetaan konflik dapat dijadikan
sebagai berikut :
1. Konflik
Tawuran Pelajar
2. Konflik
Sengketa Tanah
3. Konflik
Pemilihan kepala daerah
4. Terorisme
5. Konflik
SARA
B. Pemetaan
Konflik
Pemetaan yang saya buat yaitu
permasalahan konflik sosial yang paling sering terjadi pada beberapa bulan
terakhir Tahun 2013
No
|
Konflik
|
Jumlah terjadinya
|
1
|
Tawuran
|
15 kali
|
2
|
Sengketa Tanah
|
10 kali
|
3
|
Konflik Pemilihan Kepala Daerah
|
7 kali
|
4
|
Terorisme
|
5 kali
|
5
|
SARA
|
2 kali
|
Ket
: sumber merdeka.com, tempo.co, liputan6.com dengan melihat berita antara
bulan april- september
C. Teori
yang bersangkutan
a. Tawuran
Tawuran yang sering
terjadi antar pelajar dapat dikaji dengan teori konflik. Teori milik Jurgen
Habermas yaitu adanya penggunaan bahasa dlam komunikasi. Biasanya konflik
tawuran terjadi karena adanya kesalahpahaman dalam penggunaan bahasa dalam
komunikasi, sehingga timbul rasa tidak senang yang mengakibatkan konflik
tawuran, yang memunculkan tindakan tidak bermoral.
b. Sengketa
Tanah
Sengketa
tanah yang terjadi dapat dikaji dengan teori konflik milik Karl Marx. Teori
yang digunakan yaitu teori nilai dan nilai lebih, dimana kelas yang berkuasa
yang memiliki nilai lebih mampu menguasai tanah yang tadinya milik warga yang
hanya sebagai kelas masyarakat rendah. Dimana ada kesenjangan antara kelompok
borjuis dan kelompok proletar. Masyarakat yang mempertahankan tanahnya, namun
tidak pernah dibantu oleh proses jalur hukum, karena jalur hukum sendiri sudah
dikuasai oleh kaum borjuis.
c. Konflik
pemilihan kepala daerah
Teori konflik
Dahrendorf sesuai dengan masalah ini. teori ini mengungkapkan dimana ada
kepentingan yang berbeda sehingga menimbulkan konflik. Seperti orang yang dalam
posisi dominan mencari pemeliharaan satus qua dan orang yang berada dalam
posisi subordinat menginginkan perubahan. Perbedaan kepentingan ini, seperti
pada masalah di pilkada, ketika wakil rakyat tidak sesuai dengan masyarakatnya
sehingga akan menimbulkan konflik.
d. Konflik
terorisme dan konflik SARA
Konflik ini dapat dikaji dengan
teori konflik milik Lewis Coser, dimana konflik sosial menjadi fungsi untuk
penguatan internal. Dimana konflik tersebut dapat menyebabkan adanya integrasi
internal dalam sebuah kelompok. Teroris adalah kelompok yang menyebabkan
disintegrasi secara eksternal. Namun, dalam kelompok teroris itu sendiri, mereka
memiliki integrasi yang kuat, sehingga mampu melakukan bentuk terorisme yang
menunjukkan keberadaan kelompok mereka. demikian juga dengan konflik SARA,
konflik yang terjadi akibat perbedaa suku, agama maupun ras, biasanya membuat
suatu kelompok menjadi lebih erat sehingga mampu membuat memunculkan kekuatan
internal dalam sebuah kelompok. Teori Lewis Coser ini lebih menuju pada adanya
fungsi dari konflik sosial itu sendiri.
Sumber
:
Maliki,
Zainuddin. 2012. Rekonstruksi Teori
Sosial Modern. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta
Mandel,
Ernest. 2006. Tesis-Tesis Pokok Marxisme.
Resist Book: Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar